Sejarah
Suku Bugis
Bugis merupakan kelompok
etnik dengan wilayah asal Sulawesi
Selatan. Penciri utama kelompok etnik
ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang
merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan
pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi,
juga dikategorikan sebagai orang Bugis. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun
2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang
Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi
Tenggara,Sulawesi
Tengah, Papua, Kalimantan
Timur, dan Kalimantan Selatan.
Orang Bugis juga banyak yang merantau ke mancanegara.
Kesenian Suku Bugis:
Seni Musik:
1.Kacapi(kecapi)
Salah satu alat musik petik tradisional
Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis,
Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut
sejarahnya kecapi ditemukan atau
diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga
bentuknya menyerupai perahu yang
memiliki dua dawai,diambil karena
penemuannya dari tali layar perahu.
Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan
para tamu, perkawinan, hajatan,
bahkan hiburan pada hari ulang tahun.
2. Sinrili
Alat musik yang mernyerupai biaola
cuman kalau biola di mainkan dengan
membaringkan di pundak sedang singrili
di mainkan dalam keedaan pemain
duduk dan alat diletakkan tegak di
depan pemainnya.
3. Gendang
Musik perkusi yang mempunyai dua
bentuk dasar yakni bulat panjang dan bundar
seperti rebana.
4. Suling
Suling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis,
yaitu:
• Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada.
Suling jenis ini telah punah.
• Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan
piola (biola) kecapi dan
dimainkan bersama penyanyi
• Suling dupa samping (musik bambu), musik bambu masih
terplihara di daerah
Kecamatan Lembang. Biasanya digunakan pada
acara karnaval (baris-berbaris) atau
acara penjemputan tamu.
Seni Tari :
• Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa
disebut tari meminta hujan.
• Tari Paduppa Bosara; tarian yang mengambarkan bahwa orang
Bugis jika
kedatangan tamu senantiasa menghidangkan
bosara, sebagai tanda kesyukuran
dan kehormatan
• Tari Pattennung; tarian adat yang menggambarkan
perempuan-perempuan yang
sedang menenun benang menjadi kain. Melambangkan
kesabaran dan ketekunan
perempuan-perempuan Bugis.
• Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan
oleh calabai (waria),
namun jenis tarian ini sulit sekali
ditemukan bahkan dikategorikan telah punah.
• Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari
Passassa ,tari Pa’galung, dan tari
Pabbatte(biasanya di gelar padasaat Pesta
Panen).
Penutup :
Seluruh kekayaan dan
keindahan budaya Bugis yang telah diwariskan para leluhurnya sejak zaman dulu
masih terjaga dan dilestarikan hingga hari ini oleh para generasi penerusnya.
Hal ini tentu saja menjadi contoh yang luar biasa bagi daerah lainnya di
Indonesia untuk mengambil sebuah pelajaran yang bermakna dalam mensinergikan
kehidupan modern dengan tanpa menyisihkan kearifan lokal yang ada di setiap
daerah.
Bila pelestarian
nilai-nilai budaya lokal/ kearifan lokal di setiap daerah dapat dijaga dan
dilestarikan, maka hal ini tentu saja dapat menjadi benteng kokoh
persatuan dan kesatuan bangsa dalam mengurangi efek budaya negatif dari luar
yang bersifat destruktif terhadap kelangsungan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar