Minggu, 20 Oktober 2013


Kebudayaan Suku Dayak

Dayak atau Daya (ejaan lama: Dajak atau Dyak) adalah nama yang oleh penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni pedalaman yang mendiami Pulau Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan). Ada 5 suku asli Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai dan Paser Menurut sensus BPS tahun 2010, suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu suku Banjar, suku Dayak Indonesia (268 suku bangsa) dan suku asal Kalimantan lainnya (non Dayak dan non Banjar). Budaya masyarakat Dayak adalah Budaya Maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan “perhuluan” atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.

1.Asal mula
Secara umum kebanyakan penduduk kepulauan Nusantara adalah penutur bahasa Austronesia. Saat ini teori dominan adalah yang dikemukakan linguis seperti Peter Bellwood dan Blust, yaitu bahwa tempat asal bahasa Austronesia adalah Taiwan. Sekitar 4 000 tahun lalu, sekelompok orang Austronesia mulai bermigrasi ke Filipina. Kira-kira 500 tahun kemudian, ada kelompok yang mulai bermigrasi ke selatan menuju kepulauan Indonesia sekarang, dan ke timur menuju Pasifik.
2.Etimologi
Istilah “Dayak” paling umum digunakan untuk menyebut orang-orang asli non-Muslim, non-Melayu yang tinggal di pulau itu.  Ini terutama berlaku di Malaysia, karena di Indonesia ada suku-suku Dayak yang Muslim namun tetap termasuk kategori Dayak walaupun beberapa diantaranya disebut dengan Suku Banjar dan Suku Kutai. Terdapat beragam penjelasan tentang etimologi istilah ini. Menurut Lindblad, kata Dayak berasal dari kata daya dari bahasa Kenyah, yang berarti hulu sungai atau pedalaman. King, lebih jauh menduga-duga bahwa Dayak mungkin juga berasal dari kata aja, sebuah kata dari bahasa Melayu yang berarti asli atau pribumi. Dia juga yakin bahwa kata itu mungkin berasal dari sebuah istilah dari bahasa Jawa Tengah yang berarti perilaku yang tak sesuai atau yang tak pada tempatnya.
SUMBER : Wikipedia.com

Minggu, 13 Oktober 2013

Suku Bugis


Sejarah Suku Bugis
     

 Bugis merupakan kelompok etnik dengan wilayah asal Sulawesi Selatan. Penciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara,Sulawesi Tengah, Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Orang Bugis juga banyak yang merantau ke mancanegara.

Kesenian Suku Bugis:

Seni Musik:

1.Kacapi(kecapi)
   Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis,
   Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau
   diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu yang 
   memiliki dua dawai,diambil karena penemuannya dari tali layar perahu.
   Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para tamu, perkawinan, hajatan,
   bahkan hiburan pada hari ulang tahun.
2. Sinrili
    Alat musik yang mernyerupai biaola cuman kalau biola di mainkan dengan
    membaringkan di pundak sedang singrili di mainkan dalam keedaan pemain
    duduk dan alat diletakkan tegak di depan pemainnya.
3. Gendang
    Musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang dan bundar
    seperti rebana.
4. Suling
   Suling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:
• Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini telah punah.
• Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola) kecapi dan
   dimainkan bersama penyanyi
• Suling dupa samping (musik bambu), musik bambu masih terplihara di daerah
   Kecamatan Lembang. Biasanya digunakan pada acara karnaval (baris-berbaris) atau
   acara penjemputan tamu.

Seni Tari :



• Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta hujan.
• Tari Paduppa Bosara; tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika
   kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran
   dan kehormatan
• Tari Pattennung; tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang
   sedang menenun benang menjadi kain. Melambangkan kesabaran dan ketekunan
   perempuan-perempuan Bugis.
• Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan oleh calabai (waria),
   namun jenis tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan telah punah.
• Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa ,tari Pa’galung, dan tari
   Pabbatte(biasanya di gelar padasaat Pesta Panen).


Penutup :

Seluruh kekayaan dan keindahan budaya Bugis yang telah diwariskan para leluhurnya sejak zaman dulu masih terjaga dan dilestarikan hingga hari ini oleh para generasi penerusnya. Hal ini tentu saja menjadi contoh yang luar biasa bagi daerah lainnya di Indonesia untuk mengambil sebuah pelajaran yang bermakna dalam mensinergikan kehidupan modern dengan tanpa menyisihkan kearifan lokal yang ada di setiap daerah.
Bila pelestarian nilai-nilai budaya lokal/ kearifan lokal di setiap daerah dapat dijaga dan dilestarikan, maka hal ini tentu saja dapat menjadi benteng kokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam mengurangi efek budaya negatif dari luar yang bersifat destruktif terhadap kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sabtu, 05 Oktober 2013

KEBUDAYAAN ADAT BALI


Bali, Pulau Dewata yang sangat kental dengan adat dan budaya,
Melalui blog ini kami akan berusaha membantu anda untuk memberi gambaran ringkas tentang Bali dan budayanya, bagi anda yang masih belum pernah ke Bali.

Mudah mudahan dengan blog ini, bisa membantu anda untuk sedikit memberikan gambaran bagaimanakah Bali dan apa saja yang dimiliki oleh Bali, sehingga bisa menjadi tujuan wisata favorit di Manca Negara.


MACAM-MACAM BUDAYA BALI :


1. Musik
Dalam hal seni musik, suara gamelan hampir berdengung di seantero tanah Bali; di pura, alun-alun, istana, dsb. Alat musik tersebut ditemani oleh kelengkapan instrumen musik lainnya seperti: gong, ceng-ceng, saron, gambang, dll. Komposisi instrumen tersebut dapat berubah sesuai dengan wilayah dan peruntukan pertunjukkan yang digelar.

Pemusik tradisional





2. Tarian
Selain seni musik, tarian-tarian khas Bali merupakan pertunjukkan seni yang menarik perhatian. Terdapat berbagai jenis tarian dengan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya semisal: untuk upacara keagamaan, pertunjukkan drama atau musikal, upacara peperangan, dan masih banyak lagi.


Para penari Legong Keraton

 Penutup

Seluruh kekayaan dan keindahan budaya Bali yang telah diwariskan para leluhurnya sejak zaman dulu masih terjaga dan dilestarikan hingga hari ini oleh para generasi penerusnya. Hal ini tentu saja menjadi contoh yang luar biasa bagi daerah lainnya di Indonesia untuk mengambil sebuah pelajaran yang bermakna dalam mensinergikan kehidupan modern dengan tanpa menyisihkan kearifan lokal yang ada di setiap daerah.
Bila pelestarian nilai-nilai budaya lokal/ kearifan lokal di setiap daerah dapat dijaga dan dilestarikan, maka hal ini tentu saja dapat menjadi benteng kokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam mengurangi efek budaya negatif dari luar yang bersifat destruktif terhadap kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


SUMBER :